Filtrasi Air
Mengapa minum air dari botol air lain tidak sesehat botol air kaca?
Biasanya, jumlah air yang dibutuhkan setiap hari sebanding dengan jumlah kalori yang dikonsumsi. Diperlukan sekitar 1 mililiter air untuk menghasilkan 1 kilokalori. Secara teori, orang perlu minum 8 gelas air per gelas air setiap hari dengan volume 200 mililiter. 1600 mililiter air pada dasarnya dapat memenuhi kebutuhan air tubuh mereka.
Namun masih banyak hal yang perlu diperhatikan saat minum air putih, seperti apakah kualitas airnya bermasalah, bagaimana dengan gelas atau botol air minumnya, dan sebagainya. Secara umum, air jarang menjadi masalah, jadi gelas dan botol air seperti apa yang terbaik untuk kita minum? Setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap gelas dan botol air, tetapi tidak semua jenis gelas dan botol air dapat digunakan untuk minum air putih. Sebab, ada beberapa jenis gelas yang terbuat dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini adalah rangkuman gelas mana saja yang tidak cocok untuk minum air putih.
Gelas kertas sekali pakai mungkin mengandung karsinogen potensial. Gelas kertas sekali pakai hanya terlihat higienis dan praktis. Faktanya, tingkat kualitas produk tidak dapat dinilai, apakah bersih dan higienis, dan tidak dapat diidentifikasi dengan mata telanjang. Dari sudut pandang perlindungan lingkungan, gelas sekali pakai harus digunakan sesedikit mungkin. Beberapa produsen gelas kertas menambahkan banyak zat pemutih fluoresen untuk membuat gelas tampak lebih putih. Zat fluoresen inilah yang dapat mengubah sel dan menjadi faktor karsinogenik potensial setelah memasuki tubuh manusia; kedua, gelas yang tidak memenuhi syarat biasanya sangat lunak, mudah berubah bentuk setelah menuangkan air, dan beberapa gelas tidak dapat disegel dengan baik, bagian bawah gelas mudah merembes air, yang membuat air panas mudah melepuh tangan; selain itu, saat Anda menyentuh bagian dalam gelas dengan tangan, Anda dapat merasakannya. Permukaannya ditutupi dengan bubuk halus dan sentuhan jari berubah menjadi putih. Ini adalah gelas kertas inferior yang khas.
Botol air plastik atau gelas plastik adalah yang paling mudah menyembunyikan kotoran. Gelas plastik atau botol air juga tidak populer. Karena plasticizer sering ditambahkan ke plastik, yang mengandung beberapa bahan kimia beracun. Ketika air panas atau air mendidih diisi dalam gelas plastik atau botol air plastik, bahan kimia beracun mudah larut ke dalam air, dan struktur mikro internal plastik memiliki banyak lubang, yang menyembunyikan kotoran, dan bakteri dapat dengan mudah berkembang biak jika tidak dibersihkan dengan benar. Oleh karena itu, ketika memilih gelas plastik atau botol air plastik, perlu untuk memilih gelas air atau botol air yang terbuat dari plastik food grade yang memenuhi standar nasional.
Gelas air warna-warni mudah menyebabkan keracunan logam berat. Gelas warna-warni memang menarik, tetapi lebih baik tidak menggunakannya. Karena ada bahaya tersembunyi yang besar pada pigmen-pigmen cerah tersebut, terutama dinding bagian dalam yang mengkilap. Ketika gelas diisi dengan air mendidih atau minuman dengan tingkat keasaman dan alkalinitas tinggi, unsur logam berat yang beracun seperti timbal dalam pigmen ini mudah larut dalam cairan. Orang minum cairan dengan zat kimia, yang akan membahayakan tubuh manusia.
Kopi larut dalam cangkir logam. Cangkir logam, seperti baja tahan karat, lebih mahal daripada cangkir keramik. Unsur logam yang terkandung dalam cangkir enamel biasanya stabil, tetapi dapat larut dalam lingkungan asam. Tidak aman untuk minum minuman asam seperti kopi dan jus jeruk.
Jadi, cangkir atau botol air apa yang terbaik untuk minum air?
Pilihan pertama untuk gelas minum adalah gelas kaca atau botol air kaca. Dari semua bahan, botol air kaca atau gelas kaca adalah yang paling sehat. Kelembapan adalah suplemen harian kita. Memilih gelas kaca atau botol air kaca untuk minum air adalah jaminan kesehatan kita.
Bahri, S., Rinjani, R. R., Setiatin, Y. 2013, Potensi Air Limbah Untuk Didaur Ulang Sebagai Air Baku Pertanian (Studi Kasus Beberap
Industri dan Domestik), Jurnal Sumber
Daya Air Vol. 9 No. 2 November 2013
T.D. and Madigan, M.T. 1995. Biology of Microorganisms, 5th eds, Prentice-Hll, Englewood-New Jersey.
Firmanto, B.H. 2011. Sukses Bertanam Padi secara
Organik, PT Angkasa, Bandung.
Fitter, A.H. and Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hanum, C. 2008, Teknik Budidaya Tanaman, Jilid I, Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, Jakarta.
Kanyoka, P. and Eshtawi, T. 2012. Analyzing The Trade offs of Wastewater Reuse in Agriculture: An Analiticla Framework, Interdisciplinary Term Paper, ZEF Doctoral Program, Centre for Development Research, University of Bonn
Kuzyakov, Y., Xu, X. 2013. Competition between roots and microorganisms for nitrogen: mechanisms and ecological relevance (Review), New Phytologist, 198:656-669, available on www.newphytologist. com.
Ladwani, K.D., Ladwani, K.D., Manik, V.S., Ramteke, D.S. 2012. Impact of Domestic Wastewater Irrigation on Soil Properties and Crop Yield, International Journal of Scientific and Reserch Publications, Volume 2, Issue 10, October 2012, ISSN
Makarim, A. K. dan Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Tersedia di www.litbang.pertanian.go.id.
Mauad, M., Crusciol, C.A.C., Filho, H.G., Correa, J.C.
Nitrogen and silicon fertilization of upland rice, Scientia Agricola, Vol. 60, No.
, Pages 761-765, Oct/Dec., 2003.
Namsivayam, S.K.R., Narendrakumar, G., Kumar, A.
Evaluation of effective
microorganisms for treatment of domestic sewage, Journal of Experimental Science Vol 2, Issue 7, Pages 30-32 (2011).
Nurhayati, R., Rofatin, B., Tedjaningsih, T., Priyadi.
Keragaman Usaha Tani Tanaman Padi pada Polybag, Jurnal Agribisnis, Vol. I, No. 1.
PT Kertas Padalarang. 2008. Dokumen Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan Pabrik Pulp dan Kertas PT Kertas Padalarang, Padalarang, Jawa Barat.
Pujiharti, Y., Barus, J, Wijayanto, B. 2008. Teknologi Budidaya Padi, Seri buku inovasi: TP/)1/2008, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Pulp Paper Mill. 2012. Kaolin Clay, Pulp Paper Mill provides information on pulp mill and paper mill chemical and paper machine, Posted on April 10, 2013 by admin Copyright 2012, http:// www.pulppapermill.com/kaolin-clay/.
Purwono dan Purnamawati, H. 2009. Budidaya 8
Jenis Tumbuhan Pangan Unggul, Swadaya, Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan (PPPTP). 2015. Daftar Komoditas : Padi-Deskripsi Padi Varietas Ciherang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan, tersedia di www.puslittan.bogor.net, akses tanggal
Quayle, T. 2012. Wastewater Treatment and Water Recyling for Biomass Production in Niamey-Niger, ACCESSanitation, ICLEI- Local Goverrment for Sustainability- Africa.
Sudjana. 1994. Desain dan analisis eksperimen, PT Tarsito, Bandung.
The Hyderabad Declaration on Wastewater Use in Agriculture, 14 November 2002, Hyderabad, India.
The International Crops Research Institute for Semi- Arid Tropic (ICRISAT). 2013. Kickoff Meeting The Project water4crops-India,
Januari 2013, Hyderabad, India.
Uchida, R. 2000. Essential Nutrient for Plant Growth: Nutrient Functions and Deficiency Symton, on Plant Nutrient Management in Hawaiis Soil, Approaches for Tropical and Subtropical Agriculuture, J.A. Silva and R. Uchida (eds)., College of Tropical Agriculture and Human Resources, University of Hawaii at Manoa.
Wangiyana, W., Pramurti, R.D., Wiresyamsi, A. 2008.
Pertumbuhan dan Hasil Padi var. Ciherang
antara Teknik Konvensional dan SRI dengan Pemberian Stress Air Ringan dan Pupuk Leawat daun pada Fase Reproduktif, Agroteksos, Vol. 18 No. 1-3, Desember 2008.
Warrence, N.J., Bauder, J.W., Pearson, K.E. 2002.
Basics of Salinity and Sodicity Effects on
Soil Physical Properties, Land Resources and Environmental Sciences Department, Montana State University Bozeman.
Penyebab Pencemaran Air – Keberadaan air adalah salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh seluruh penduduk di bumi untuk kehidupan sehari-harinya. Sebut saja untuk mencuci, memasak, mandi, kebutuhan sanitasi, hingga keperluan industri.
Coba bayangkan apabila di planet ini, tidak ada air, tentu saja akan menyebabkan banyak malapetaka. Maka dari itu, keberadaan air itu sangat diperhitungkan dan dijaga oleh sebagian orang karena merupakan “harta” yang tak ternilai harganya.
Namun sayangnya, saat ini, permasalahan seputar air telah menjadi perhatian yang serius. Permasalahan tersebut salah satunya adalah pencemaran air yang biasanya dikarenakan oleh berbagai macam limbah hasil kegiatan manusia. Apabila air tersebut sudah tercemar, tentu saja akan berpengaruh pada kualitasnya sebagai komoditas utama dalam kehidupan ini.
Lalu, apa saja ya penyebab dari pencemaran air itu? Bagaimana dampak yang paling terlihat dari pencemaran air ini?
Supaya Grameds dapat memahami akan pencemaran lingkungan ini, yuk simak ulasan berikut ini!
https://www.pexels.com/
Berdasarkan Uji Fisika
Dalam uji fisika ini, parameter yang digunakan adalah suhu, kecepatan arus, kecerahan, dan tinggi air. Pengukuran parameter fisika ini juga meliputi pengukuran atas benda padat yang ada di sekitar tempat penampungan air tersebut.
Pengertian Pencemaran Air
Sebelum membahas mengenai apa saja penyebab dari pencemaran air itu, Grameds perlu mengetahui apa sih pengertian dari pencemaran air.
Pencemaran air adalah perubahan keadaan di tempat penampungan air, seperti sungai, danau, hingga lautan akibat adanya aktivitas manusia. Kita pasti sudah tahu bahwa air mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah berpotensi sebagai objek wisata.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, juga mengemukakan definisi mengenai pencemaran air, yakni: “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lain sesuai dengan peruntukannya.” (Pasal 1 angka 2)
Akibat pencemaran air yang terus-menerus terjadi dan menyulitkan kehidupan manusia, tidak justru membuat pemerintah diam saja. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan pencemaran air ini, salah satunya dengan membuat peraturan mengenai pengelolaan lingkungan sekitar.
Salah satu aturannya termuat pada Peraturan Daerah Provinsi Bali No.4 Tahun 2005 mengenai Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup pada pasal 5, yang mengemukakan bahwa:
Maka dari itu, upaya untuk mencegah pencemaran air itu tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. tetapi juga seluruh masyarakat yang memanfaatkan keberadaan air di tempat penampungan air tersebut.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/
Artajaya, I Wayan Eka, dan Ni Kadek Felyanita Purnama Putri. (2021). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran Air di Sungai Bindu. Jurnal Hukum Saraswati, Vol.03, No.02.
Dadan, Rukandar. Pencemaran Air: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya.
Rosmeiliyana, R. (2021). TA: ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI CISANGKAN, KOTA CIMAHI (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Nasional Bandung).
Warlina, L. (2004). Pencemaran air: sumber, dampak dan penanggulangannya. Institut Pertanian Bogor. Unpublised.
Penyebab Pencemaran Air
Sebenarnya, penyebab terjadinya pencemaran lingkungan terutama pencemaran air itu tidak melulu dikarenakan oleh manusia saja, tetapi ternyata bisa karena lingkungan yang ada di sekitarnya.
Nah, secara umum, penyebab terjadinya pencemaran air itu adalah lima, yakni,
Penyebab pertama dari terjadinya pencemaran air adalah karena adanya sampah yang mengandung senyawa organik dan menggenang di air. Sampah jenis ini biasanya berupa sampah industri makanan, sampah sisa rumah tangga, kotoran hewan hingga manusia.
Sampah-sampah sisa tersebut apabila dibuang ke air, nantinya akan menyebabkan pencemaran hingga menimbulkan pelarutan, pengendapan, maupun pembentukan koloidal. Perlu diketahui, apabila sampah-sampah tersebut mengalami pelarutan dan pengendapan, tentu saja akan membuat warna air menjadi keruh.
Banyak sekali jenis industri pabrik yang menghasilkan limbah organik penyebab pencemaran air ini. Sebut saja ada limbah pabrik tekstil, limbah pabrik kertas, limbah pabrik cat, limbah pabrik farmasi, hingga limbah pabrik baja.
Industri-industri tersebut biasanya akan menghasilkan limbah organik yang berbau menyengat dan bahkan mengandung asam belerang. Jika limbah industri tersebut nantinya dibuang ke saluran air atau sungai tentu saja akan menimbulkan pencemaran air dan merusak ekosistem yang ada. Limbah ini biasanya mengandung virus atau bakteri.
Umumnya, limbah organik ini mengandung protein dan gugus amin, sehingga apabila didegradasi oleh mikroorganisme, nantinya akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk, misalnya NHვ.
Pencemaran air yang diakibatkan oleh senyawa anorganik, biasanya berupa logam. Hampir sama dengan penyebab sebelumnya, yakni kandungan yang sukar didegradasi atau “dicerna” oleh mikroorganisme.
Apalagi jika jenis limbah yang dibuang adalah mengandung raksa, timbal, dan kadmium yang mana tiga kandungan tersebut sangat berbahaya apabila tidak sengaja dikonsumsi oleh manusia.
Contoh paling nyata dari pencemaran air akibat limbah industri ini pernah terjadi di Minamata, Jepang. Para nelayan yang ada di sekitar teluk Minamata mengkonsumsi ikan yang ternyata airnya telah tercemar oleh raksa. Akibatnya, banyak korban berjatuhan dan mengalami kerusakan saraf yang disebut dengan penyakit Minamata. Lebih dari delapan puluh orang dinyatakan meninggal akibat pencemaran air tersebut.
Pada senyawa organik ini dapat berupa pestisida, detergen, hingga limbah minyak. Kandungan zat kimia di dalamnya tentu saja dapat berbahaya apabila air tercemar tersebut dikonsumsi oleh manusia.
Kandungan zat kimia tersebut dikelompokkan menjadi:
Untuk penyebab pencemaran ini, biasanya karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitar yang berupa tanah atau lumpur dari erosi. Terutama di sungai yang berdekatan dengan gunung meletus, pasti airnya akan tercemar oleh sisa-sisa material yang dikeluarkan oleh gunung tersebut.
Biasanya, warna air sungai akan menjadi keruh akibat adanya tanah atau lumpur yang masuk ke dalamnya. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa nantinya, air sungai menjadi sulit untuk dipergunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meskipun dari adanya fenomena alam seperti gunung meletus, badai, hingga gempa bumi juga menyebabkan pencemaran air, tetapi kenyataan di lapangan adalah kegiatan manusia yang paling dominan mencemarkan kualitas air.
Berdasarkan Uji Kimia
Lalu, ada juga parameter kualitas air berdasarkan uji kimia, yang dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Pengujian secara kimia ini sangat penting untuk menentukan apakah air yang ada di tempat penampungan tersebut baik atau tidak baik untuk digunakan oleh manusia. Parameternya meliputi oksigen terlarut (DO), pH, amoniak, nitrat, nitrit, fosfor, kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), dan lain-lain.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 16 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.4 842] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½=Û’I®ïDð~Ù×í®¼Ô�Ù˜8 =°p†žÝ˜7mÜžvÛ½Æf—O:yRRÞ+³\°½îr•R©””’R©,Ÿžíö«Oó�ûÉ_þrz¶ßÏ?^/®&ïOŸl÷ûííï§_ï§oçËÕf¾_m7§ï—{¸õl»Ý/v?þ8yrþtòäâáƒÓglÒM.>=|À&¥úÇ&¬æ3^MD3kÕŸ‹[óó»f²üüðA9Yâ·Vûùáƒ÷Óÿ+ätRÔS^œ°rZâ'/› ¼|¤Áã_ðÛËBˆé+¼|ñ¨¨Ô“VO_œOß½ûkqÒMCShÀJâ'ÓXŸ\üòðÁOŠn ÝPÌ«nÆŸâ÷Ó“,Œ.‚•Ðe‡]w9‰0œ>ã§xËg£Þÿ¥,Ÿ°ãv1‡yÛÌXHBÜ™íf"]ä@;cÍ2¡«cP-‚â„—Ó¿¬H®U Ý4Z!ÚˆY „d1hR-\R�3>gpk�·Ö†²Ý ¿/áû5|ìñûg->°(8ƒï‚+¶©î¾à³Å@Ï2´I¡)òòùÇÃÿûðÁä§×O'ê²®gµ«ÛvÖ4©ÔKT“¶œÉÉnñðÁßÿ<Ù(ØÓ·0O_?}q>)O_Í7ËÉtuuòâ¼Ð3q$£N¬õ©kfͤ©Ëkôb}*Ø¿M…˜0Ú�ŽÏêjÒÈzÖ´šŒ_ …⤚nÔÅ\ÉOÙŠ—ÀüÜü¬nâÅ5<ÝÏhòjPp¹DãpSp1= Üðæï"è‹.àÉ•ºÚn:À«°(ÙÏC>|+ŸÃÊRÍwŽð£ù}ˆ;$ƒ«¹S¶“ÔÔÈ›óɇ©øP<šð’‹GǨ÷Bˆ(ÁŒtÉ�t-ï§k.ã®��¹úžŽy¿ã&ê8¶ù©¾ëû4ôúmƒnî©ã¾ �tÜÞOÇ’ÇWå‘ž»{±©¢úfc÷bÚyÊ´3Œµ8ìß·í}2˜j«LNYÍ*Cǹ ßÞP$W°ZGr�ÞN'fL6¬Ä[§`îÿ ›~ƒöÍûŒ«ÞgÇFÂïI{[à¡Oûq3ÅîÉDVÊWˆ°ó“c]ß“‰Tñ@u}lÖ²ï2’‰®kt”~×Gç-»'#Ù´=Ž�2ÍjæÖËÆ IJŒÝÄ¥–qúëîËY�½ú3”HŸrJÐU¦É€~]j¨6¤«ƒ14œÐ7Ø1É GÒy’vÐ�° ÞJ ½Äœ_U¼ÑkUħ¢Á¯ê»œÎ)˜Ÿ+ë¢VMÓ· ÐÙà�M·kX3ÎñƒH¼Âà�ZœÚ• A.6y#aùـꦷE;½,Nj‹àĶ;‡v[¼ PDØç=âÁ¶7º…ðÜ‘¾¢rºÖ ¯!,ÅØt�Fq{ebÕÜÊÏðH(=6
%PDF-1.5
%µµµµ
1 0 obj
<>>>
endobj
2 0 obj
<>
endobj
3 0 obj
<>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 8 0 R 19 0 R 27 0 R 28 0 R 31 0 R 34 0 R 37 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.4 841.8] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>>
endobj
4 0 obj
<>
stream
xœµ=Ùr7’ïŠÐ?ô#{Cl®:¼ŽÐaÙK3¶Å]ÇÆÄ<ðh‘4i’–Hy8_¿H $Ž:ººf>ž>@ÑÛ“óíço¿]½zózõêøù³£·lÅØêøÓóglUéÿôOÉ6•Z5]½‘«ãßu�ï?6«‹/ÏŸU«øøþù³¬Öÿ\ÿõù³ït'<öóógÐöÑT›–ë>êz#ZÓIÜ‚ÖeUµ‘bZ]®�šØâ*õÖÍ�æ]³iV�›¦ém°úîÃëÕQî_Ý=<ÜýÞ�þ·wwúÃÐ|£?›Mm^Uú×ñÙ?dÕ3;Q‰¸�©>2¿†mêfÅ”ibË>_à·_Y/×ÝÁÃZ™¿ûõa{ð�þrdþ?øM{„âÏëúàV×=ÑÅÕÁ�.Þ¬¥mr7®“íº=¸Ö¯¡~|Y7¿¯…nÚÂÎt��빃n87ÏÎôŸéôJ?:‡æ Ç•�†>Çÿ_Âð0…{ýµÍ@¦z³íUÚ:ÆðÑ[¾ê¢¡¸Ü¨6à¼bÞ«7�Çt]
kϲ wogþ›¾öug\Yµ«¶jôp¼•©ç¨—âêóöù³_ÿkuk†œP«Œ5.Ôm«Îñh<›ŸÍÿÍ Õ¦ÖëTÏœ;¶ÖýóŠ±J=@Xè›®s(]V ÜÌbÑÿ‹Úg !7-f{ÈjýIÿ–*YìVÉ^ô,8L»é"äüU/L®
Cara Menanggulangi Pencemaran Air
Namun, dalam melakukan penanggulangan tersebut, tentu saja ada kendala-kendalanya, yakni berupa kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah di tempatnya hingga kurangnya perhatian pemerintah terhadap adanya pencemaran lingkungan yang terjadi.
Nah, itulah penjelasan mengenai apa saja yang menyebabkan terjadinya pencemaran air dan cara menanggulanginya. Meskipun dalam upaya penanggulangan tersebut masih terdapat kendala, tetapi kita sebagai generasi masa depan tidak boleh mengabaikannya begitu saja ya… Grameds dapat mengurangi pencemaran air mulai dengan usaha kecil yakni dengan tidak membuang sampah di aliran sungai.
Dampak Pencemaran Air Bagi Kehidupan
Berdasarkan Uji Biologi
Pengujian selanjutnya adalah berdasarkan biologi, yakni berhubungan dengan keberadaan populasi mikroorganisme akuatik di dalamnya. Indikator untuk melihat apakah air yang ada di tempat penampungan tersebut baik atau tidak untuk digunakan adalah berdasarkan jumlah koloni bakteri Fecal Coliform.
Bakteri coliform ini adalah mikroorganisme yang terdapat pada kotoran manusia maupun hewan. Sehingga, kehadiran bakteri ini di dalam air maka akan menunjukkan kemungkinan adanya bakteri patogen lainnya.